Suatu ketika hiduplah seorang anak yang selalu bertindak kasar
terhadap temannya. Suatu hari dia memukul temannya sehingga orangtuanya
harus dipanggil ke sekolah akibat ulahnya tersebut. Si ayah akhirnya
pulang tanpa berkata apa-apa.
Keesokan harinya si Anak nakal itu pun dipanggil oleh ayahnya.
Ayah: "nak, coba tolong ayah memaku kayu ini dengan paku sebanyak-banyaknya sampai seluruh
permukaan kayu tertutup paku."
Anak: (menurut, segera memaku)
Setelah selesai si
anak lalu memanggil ayahnya.
Anak: "yah aku sudah selesai melakukannya. apa yang selanjutnya harus kulakukan?"
Ayah: "bagus skal nak. Sekarang lepaskan lagi semua paku yang ada di papan kayu tersebut
hingga tak ada lagi yang tersisa."
Anak: (bingung, tetapi tetap menurut)
Setelah selesai untuk kedua kalinya, si
anak lalu kembali memanggil ayahnya.
Anak: "Aku telah selesai melakukannya yah, tapi bolehkah aku bertanya? Mengapa harus ku lepaskan kembali semua paku itu, Yah?"
Ayah: (tersenyum) "Begitulah cerminan hati teman-teman yang kau sakiti, Nak. Ketika kau menyakiti mereka kau seperti telah memaku papan bersih
tersebut dengan paku. Namun tau kah kau? Ketika bahkan kau meminta maaf
pada mereka kau seperti telah mencabut paku yang ada di papan itu. Lihatlah! Walaupun telah dicabut, paku tersebut masih meninggalkan sisa lubang
kecil bekas tancapan paku. Begitulah hati temanmu.Walaupun telah
meminta maaf di hati mereka akan tetap ada luka kecil yang tak bisa
hilang".
Si anak pun menyadari segala kesalahannya lalu kemudian keesokan harinya si anak meminta maaf kepada teman temannya dan
berjanji pada dirinya sendiri untuk berubah menjadi anak baik.
(diceritakan berulang kali sampai akhirnya saya dapat membaginya dengan anda semua)
salam,
HWL